Malam tak lagi segelap biasanya, bintangpun terlihat seperti sedang tersenyum padaku. Mala ini seusai rapat bersama di masjid, mendownload beberapa lagu di kantor, aku memutuskan untuk tidak langsung tidur namun aku ingin sejenak mengenang & menceritakan perjalanan ku bersama dua kawan gembelku, Linggar saputri dan Fitria Tsabita. Pada perjalanan kali ini kita ditemani oleh dua orang ksatria dari Kota Jakarte, yang satunya asli betawi yang satunya lagi blesteran Jogja-kulon progo, yaitu bang Ucup dan Mas Arip. Jika berbicara kisah perjalanan sepertinya akan sangat panjang sekali dan mungkin akan menghabiskan banyak kertas..hahaha atau mungkin aku yang terlalu lebay..yah karena ini efek kesembuhanku yang mana pada perjalanan kali ini aku harus jatuh sakit seminggu terkapar tak berdaya. Perjalanan kali ini, aku menelusuri beberapa sudut Kota Jakarta dan menjelajahi indahnya, ke asrianya dan luar biasanya Suku Badui Banten dalam menjaga adat mereka.  Ada begituuu buanyaaaak pengalaman baru yang kudapatkan pada perjalanan kali ini yang hanya menghabiskan pengeluaran 500.000 ribu rupiah dari JOGJA – JAKARTA –SUKU BADUY. Penasaran khan ya pastinyaaa ??? iya k ???

JAKARTA
Aku berangkat dari jogja pukul 14.30 dengan menggunakan kereta Progo ekonomi AC tujuan Pasar Senin. Perjalanan menuju Jakarta cukup lancar, aku dan linggar berhenti di stasiun sebelum Pasar Senin, yaitu Stasiun Jatinegara, alasannya karena di Stasiun Pasar Senin tidak ada KRL ( Kereta Lsitrik ) yang berhenti, sedangkan tujuan kita pada Hari jum’at itu akan berjalan-jalan keliling Kota tua yang mana kami harus menggunakan KRL suapaya lebih mudah. Malam itu sekitar pukul 22.30 sampailah kita di Stasiun Jatinegara, langsung makan malam dari bekal yang kita bawa, bersih2 badan, sholat, lalu tidur nyenyak hingga pagi hari suara alarm membangunkan kita.
Pagi harinya setelah kita mandi pagi dan sholat subuh, kitapun langsung menuju loket pembelian tiket kereta untuk membeli kartu yang digunakan untuk dapat naik KRL. Tempat tujuan kita pertama adalah Kota tua, sehingga kita naik KRL yang tujuannya ke Stasiun Jakarta Kota karena kota tua terletak berdekatan dengan stasiun ini. Sekitar pukul 06.30 pagi kami sampai di Satsiun Jakarta Kota, ketika orang-orang sedang ramai pergi bekerja dan anak-anak pergi ke sekolah, kami melangkah cepat (karena bersemangat ) keluar dari stasiun Kota dan mencari sarapan soto. Disekitar kota Tua terdapat banyak Musium dan ada satu alfamart nyempil di samping Batavia Caffe. Aku dan Linggar mungkin telihat seperti orang katrok karena sesampai di daerah kota tua kami berfoto kesana kemari seperti orang yang baru pertama kali melihat bangunan kuno nan unik...tapi kami tidak peduli toh gak ada yang kenal juga..hahaha! Kami menunggu cukup lama untuk masuk ke dalam musium2 karena museum buka pukul 09.00 dan kami terlalu pagi. Setelah cukup  lama menunggu, kamipun menjelajahi museum yang ada di Kota tua satu persatu.  Selelsai mengeilingi museum yang berada di sekitar kota tua, kamipun melanjutkan perjalanan menuju ke Monas dengan menggunakan Busway. Untuk dapat menggunakan Busway, kita harus membeli kartu terlebih dahulu dengan menggeluarkan uang sebesar 40.000 rupiah. Dari atas Monas dengan ketinggian bla bla bla kita dapat melihat sebagian kota Jakarta yang sangat luas dan penuh dengan kepadatan gedung-gedung tinggi menjulang sambil menikmati angin kencang yang menyapuku yang kebetulan sedang kepanasan dengan Panasnya Jakarta.  Turun dari atas monas menuju ke lantai dasar pun antri karena Lift nya hanya satu, tapi bagi kami tak apalah, aku dan linggar sudah terbiasa antri sejak kecil karena kita pernah tinggal di asrama. Beberapa jam setelah keliling kota Jakarta, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Stasiun UI untuk bertemu Mas arip dan menginap di Kos nya. Kampus UI tergolong kampus yang Ridang dengan banyak pepohononan di kanan kirinya apalagi berada di tengah-tengah kota Jakarta yang padat akan bangunan.


 Kota Tua Jakarta


 Musium Wayang


Stasiun Jatinegara


Monas

BADUY, CIBOLEGER, BANTEN.
Pagi itu pukul 03.30 aku dan Linggar sudah terbangun untuk bersiap-siap mengepak barang2 kita kembali untuk melanjutkan perjalanan ke banten. Pukul 05.15 aku, Linggar dan mas Arip pergi ke Stasiun Tanah Abang untuk Mepo dengan Bita ( Kawan kita dari jogja yang berangkat sendiri dari jogja karena sebelumnya harus bekerja terlebih dahulu sehingga tidak bisa ikut ke Jakarta pd hari yang sama dengan aku dan linggar ) dan Bang Ucup ( Teman Mas Arip yang sudah biasa membawa Trip ke Badui ). Sesampainya kami bertemu di Stasiun Tanah Abang, ternyata jam masih menunjukkan pukul 06.45, sedangkan aku dan Linggar belum mandi karena di Kos mas Arip tidak ada Air, kamipun mandi pagi di Stasiun Tanah Abang sembari menunggu kereta datang pada pukul 08.00 yang akan membawa kami menuju ke Stasiun Rangkas Bitung dengan tiket kereta sebesar 15.000 per orang dan memakan waktu sekitar 2 jam. Pukul 10.00 sampailah kami di stasiun Rangkas Bitung yang mana Kang Emen (Beliau adalah Baduy Luar yang mana apabila kalian ingin pergi ke Baduy Dalam harus menemui beliau terlebih dahulu untuk mengurus ijin masuk dll ) sudah menunggu diluar stasiun dan siap menjemput kita dengan menggunakan angkot. Dikarenakan kita hanya berlima ( aku, linggar, bita, mas Arip, Bang Ucup ) maka kami menyewa angkot, namun jika kalian pergi bersama rombongan yang cukup banyak maka akan menggunakan ELF untuk sampai ke Ciboleger, Baduy Luar. Perjalanan cukup panjang sekitar 2 jam dari stasiun menuju ke Ciboleger dengan jalan yang berkelok-kelok dan bergeronjal ( Saran : Jika kalian adalah org yang mudah mabuk perjalanan, lebih baik minumlah obat antimo terlebih dahulu dan siapkan plastic kresek karena jalan yang akan dilewati cukup mengocak perut dan kepalamu ).

                Setelah 2 jam perjalanan yang cukup mengocak perutku dan membuat kepalaku sedikit pening, sampailah kita di Ciboleger dan langsung menuju rumah makan yang mana di dalamnya ada beberapa Baduy dalam yang sepertinya sudah menunggu kedatangan kita. Aku sempat kaget karena baru pertama kalinya melihat mereka, dengan pakaian yang kurasa cukup unik dan menjadi khas mereka aku dan teman-temanku diperkenalkan oleh mas arip dan bang ucup dengan Baduy dalam. Kami masih malu-malu untuk bertanya-tanya karena baru saja kenalan dan juga masih lelah karena perjalanan yang cukup memabukan perut. Di basecamp tempat makan kami beristirahat sejenak, sholat dhuhur dan makan siang,  aku membeli nasi ayam & es teh dgn harga 19.000 yang kurasa ini cukup mahal untuk seorang backpacker sepertiku, jadi saran saya beli nasi telur saja yang murah dan sudah cukup mengenyangkan juga. Istirahat cukup, kamipun bergegas melanjutkan perjalanan menuju Baduy dalam.  Jalan menuju Baduy Dalam cukup jauh sekitar 5 jam perjalanan dengan trek yang cukup menguras tenaga , nafas dan kaki yang pegal. Temanku Bita sempat ingin menyerah dan memutuskan untuk turun ke baduy Luar, akan tetapi kami tetap memberi semangat untuk terus melanjutkan perjalan dan Bita pun melanjutkan perjalanan meski harus berjalan pelan. Memang cukup tinggi untuk menuju ke Baduy dalam, kurasa trek menuju Baduy dalam seperti trek menuju Puncak Gunung Prau Dieng. Ketika sampai di Ladang Kang Sapri ( salah satu Baduy Dalam yang menemani perjalanan kami ) Kamipun disambut dengan diopekke ( bhs jawa artinya diambilkan dari pohonnya langsung ) kelapa muda yang segar. Tnapa basa-basi Kami langsung melahap dengan semangat karena  kehausan dan perut yang cukup keroncongan. Sayang sekali ketika sudah memasuki kawasan Baduy Dalam kami tidak diperbolehkan berfoto karena memang sudah menjadi peraturan disana. Kami menginap di rumah Kang sapri, yang mana jarak dari Ladang menuju rumahnya cukup jauh dan lelah. Pukul 17.30 sampailah kami di Rumah Kang Sapri yang rumahnya cukup unik dan dingin karena terbuat dari perpaduan Bambu dan kayu yang di tali dengan tali alami. Setelah menaruh tas dan beristirahat sejenekal, Kamipun segera pergi ke Kali untuk cuci muka dan membersihkan badan karena hari sudah mulai gelap. Di baduy dalam kita tidak diperbolehkan untuk menggunakan bahan-bahan kimia seperti odol, sabun dll, karena dahulu pernah ada seorang pengunjung yang menggunakan odol untuk sikat gigi di kali, namun setelah itu dia kesurupan, karena memang peraturan disana tidak diperbolehkan menggunakan bahan-bahan kimia. Malam itu kami menghabiskan waktu dengan bercengkrama bersama warga-warga disana dan keluarga Kang sapri dan juga Istrinya. Suasana terasa sangat menyenangkan dan romantis karena hanya bercahayakan lampu lilin saja. Tak ada listrik yang menerangi desa ini, sehingga bagiku terlihat nyaman, tenang, sepi dan jauh dari keramaian hiruk pikuk gemerlap kota. Di desa Baduy dalam semua rumah terlihat sama, tak ada yang membedakan antara yang kaya dengan yang miskin, semua rumah dibangun sama dengan rumah yang lainnya. Setelah bercakap-cakap dan bercerita banyak hal, kamipun menikmati jutaan bintang sambil ngopi di depan rumah Kang Sapri. Malam itu kami tidur dalam kegelapan malam yang menenenangkan.

Ciboleger

Di Rumah Kang Emen

Perjalanan menuju Baduy Dalam

Naik turun bukit

Berfoto dengan baduy dalam dan tampak di belakang rumah adat baduy Luar

     Pagi harinya pada pukul 07.00 pagi kami harus melanjutkan perjalanan turun karena mengejar kereta yang hanya ada pada pukul 14.30. Perjalanan pulang kami tidak satu jalur seperti pada saat berangkat, namun menghabiskan waktu yang sama yaitu 5 jam perjalananan. Kami pulang dengan melewati jembatan akar yang sangat unik. Aku cukup kelelahan dan ternyata aku harus terkapar di tengah-tengah perjalanan, namun tetap melanjutkan perjalanan hingga tempat dimana angkot yang menjemput sudah menunggu.

Segarnya Mata Air di Baduy


Jembatan akar ( hiraukan muka kucel kita )

    Perjalanan kali ini luar biasa..selain kita dapat mengenal adat di suku baduy, merasakan keramahan mereka, menikmati pemandangan yang indah disepanjang jalan, kitapun punya banyak teman baru. Meski badan terasa sakit semua dan pegal-pegal, namun lelah terbayarkan dengan pengalaman perjalananan yang luar biasa menakjubkan. Malam itu aku bita dan linggar berpisah dengan mas Arip dan Mas ucup karena kami harus kembali ke Jogja.

     Bagiku tak ada perjalanan yang sia-sia, meski pada akhir perjalanan kali ini aku harus tumbang untuk satu minggu. Ada banyak pelajaran hidup baru yang aku ambil, tentang persahabatan, toleransi, bersabar, kerendahan hati dan saling tolong menolong. Pada suatu titik tertentu kau akan tau bahwa kehidupan akan terus berputar, kau tak mungkin selalu bahagia berada diatas, namun kau juga akan merasakan rasanya berada di bawah, maka bersikap baiklah pada siapapun, karena kita tak pernah tau siapa yang akan menolong kita nantinya. Kata orang Jakarta itu keras, tapi kataku Jakarta itu mengajarkan ku untuk bekerja lebih keras dan lebih disiplin. Jakarta mengajarkanku untuk menghargai waktu dan berhemat. Orang-orang baduy mengajarkanku bahwa pada hakikatnya kita semua sama dan tak perlu berlebihan dalam segala sesuatu.

Thanks To  Linggar Saputri yang sudah menjadi banyak bagian dari perjalanan hidupku, Fitria Tsabita yang selalu setia menjadi teman dalam setiap perjalanan konyolku, Mas Arip yang sudah meluangkan waktu padatmu untuk menemaniku menikmati indahnya dan ramahnya Suku Baduy, Bang ucup yang sudah menjadi teman baru pada petualangan kali ini dan mengisi kekonyolan di dalam perjlanan serta Tolak Anginnya yang melegakanku disaat aku terkapar tak berdaya…Kalian semua adalah keluargaku yang menjadi salah satu bagian dari perjalanan hidupku.

Ini dia rincian Pengeluarannya :
Kereta PP Jogja – Pasar Senen : 150.000
Hari Pertama Di Jakarta :
ü  KRL ( Kartu + Pulsa ) 12500
ü  Musium Wayang 3000
ü  Musium perjuangan 3000
ü  Kartu Busway 40.000 ( pulsa 20.000 )
ü  Tiket Monas sampai puncak 8000
ü  Angkot dr UI ke Kos Mas Arip 3000
ü  Makan + minum Hari Pertama 30.000

Hari Kedua & Ketiga Menuju Baduy :
ü  Angkot dari Kos ke Stasiun UI 3000
ü  Kereta  PP Tanah Abang – Rangkasbitung 30.000
ü  Angkot PP Stasiun rangkasbitung – Ciboleger 500.000 / @100.000
ü  Iuran Logistik untuk makan di Baduy 60.000 / @20.000
ü  Ijin Masuk baduy @8000
ü  Ucapan terimakasih ke Baduy Dalam 100.000 ( iuran 35.000 )
ü  Beli jajan + minum + makan 75.000


TOTAL : 520.500

Sahabat Travel Mizon

" Mendaki itu melelahkan namun aku selalu ingin kembali "
Begitulah yang kurasakan, karena memang mendaki gunung itu melelahkan, tapi akupun selalu ingin kembali menikmati keindahan diatas gunung..suasana hutan yang hening dan tenang..udara dingin yang kerap kali menusuk di dalam tubuh..dan semua hal yang membuatku lebih bersyukur menikmati hidup..mulai dari keindahannya..kebersamaan di saat mendaki..bertahan untuk tetap bisa turun kembali kerumah..dan semua hal yang tak bisa kusebutkan kecuali kalian merasakannya langsung dengan mencoba mendaki gunung. Upss.


karena ngaso ( istirahat ) adlh sebagian dr perjalanan

Aku dan kawan2 Travel Mizon, ada Wening, Nurul, Saiful, Rokhis, Saiful, Riandika, Febri dan tiga orang teman rokhis pada hari itu kami melakukanan perjalanan mendaki gunung merbabu. Perjalanan dari jogja pukul 10.30 dan samapai di basecamp Merbabu pukul 14.30 yang mana kami mampir mengisi bensin dan membeli peralatan yang masih kurang. Kamipun mulai mendaki pada pukul 15.00 setelah packing ulang dan beristirahat sebentar di basecamp. Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan kami lalui. Pada awalnya masih semangat bercanda kesana kemari, namun beberapa jam setelah itu, udara dingin gunung mulai merasuk dan kaki yang mulai lelahpun membuat kami terdiam, namun tidak menyurutrkan semangat kami untuk meneruskan perjalanan. Ketika salah satu dari kami merasa lelah, maka kami semuapun beristirahat. Tidak ada yang saling meninggalkan, krna kami berjalanan saling beriringan. Meski kerap kali berhenti, pukul 11.00 sampailah kami di Sabana 2 untuk mendirikan camp dan beristirahat. Tak lupa kami saling mengingatkan untuk sholat terlebih dahulu sebelum tidur. Sebelum istirahat kami makan malam dahulu untuk mengisi perut yang cukup keroncongan dan menghangatkan badan yang sudah hampir membeku lalu berisitrahat dibawah langit berbintang dan udara yang semakin dingin.

Esok harinya para pejantan sudah bangun dan mereka melanjutkan perjalanan ke puncak, sedangkan kami para ladies menetap di tenda karena tidak kuat dengan dinginnya yang menusuk. Aku pun sebenarnya tidak tahan dengan dingin, namun semua harus dinikmati..dan jadikan dingin menjadi sahabat. Setelah merapikan perlengkapan, makan, dan menikmati pemandangan merbabu. Kira2 pukul 09.00 pagi kamipun turun menuju basecamp. Walau banyak rintangan yang dihadapi, namun alhamdulillah kami semua dapat sampai di basecamp pukul 14.00. Setelah itu bersih2, sholat, packing, mampir makan dan langsung kembali ke jogja.


Dari puncak merbabu via selo


Menikmati hangatnya padang sabana


KITA itu SAMA

Sahabat..terimakasih karena kalian selalu ada mewarnai hari-hariku..
Mengisi setiap ruang kosong yang memilukan..
Tanpa kalian...kisah hidupku takkan lengkap..
Tanpa kalian... perjalanan takkan luar bisa...
Bagiku sahabat adalah anugrah terindah yang tak tergantikan...
terimakasih SAHABAT...
A journey with a thousand miles begin with a single step
Petualangan itu selalu dimulai dengan satu langkah awal. Memulai semua halnya dengan langkah yang pasti dan mantap. Kau tahu…dunia outdoor itu selalu menyenangkan, selalu memberi pelajaran dan arti yang tak terlupakan. Hari jumat kemarin tepatnya pada tanggal 10 April 2015, aku dan 4 kawanku pergi menjelajah Hutan Pinus yang letaknya di daerah Dlingo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Hari jumat kemarin sangat padat rasanya, mulai dari pagi kuliah jam 07.00, trus ngurusin bisnis sewa alat, lanjut survey hiking ke Hutan Pinus dari jam 10.00 sampai magrib, padahal sebenarnya jam 09.00 pagi aku ada bimbingan akademik sm dosen dan malamnya ada Les yang tabrakan sama kelas tambahan malam pak mameed dan yang bikin pusing lagi, lomba Blog TKPT anak2 pramuka harus dikirim mlm itu maksimal jam 12.00 dengan keadaan blog ms acak adul n tulisannya masih sedikit. Oh rasanya ingin cepat-cepat berbaring diatas kasur. Alhamdulillah meski begitu, Allah msh memberi kesehatan padaku.

HUTAN PINUS
Pinus adalah salah satu pohon yang menjulang tinggi ke atas dengan daun-daun yang menghiasi awan. Pada pohon pinus identic tinggal bersama-sama dalam satu tempat. Suasana yang asri namun sedikit horror karena pada saat aku kesana, sangatlah sepi dan hanya aku dan 4 temanku saja di Hutan Pinus yang begitu tinggi menjulang dan lebat. Perjalanan menuju hutan pinus cukup panjang dan melelahkan Karena kami jalan dari daerah Jolosutro dengan blusukan lewat sawah dan jalan yang cukup nanjak, sehingga kami menempuh waktu sekitar 3 jam menuju Hutan Pinus. Lelah, pegel, haus krn minum sudah menipis dan aku terjatuh di sawah…oh my GOD. Akhirnya akupun menuju kali untuk membersihkan diri. Setelah bebrapa jam perjalanan yang cukup melelahkan dengan melewati makan seorang ulama, aku lupa namanya, akhrinya sampailah kami di hutan pinus dan kereeeen sekali. Jogja itu lengkaaap…kamilah wa syamilah…perfect !!


Ketika keheningan hutan menjadi tempat untuk mencurahkan perasaan


Bersama itu lebih menyenangkan darrpada sendiri


Dibalik hutan ada sebuah ketenangan yang damai





 Meeting Point at CK Jombor

Pagi yang cerah  untuk memulai sebuah perjalanan. Setelah barang-barang sudah ter packing dengan rapi, motor sudah dipanaskan, aku dan linggar berangkat ke CK Jombor untuk meeting point dengan kawan-kawan BPI Jogja. Gathering 5 anniversary BPI Jogja kali ini ke Gunung Prau Dieng. Setelah berkumpul semua, sekitar pukul 10.00 kamipun berangkat menuju basecamp gunung prau. Pada awalnya aku dan linggar boncengan,namun ditengah perjalanan linggar menabrak ibu-ibu yang sedang lari menyebrang, memang yang salah ibu nya karena menyebrang dengan lari dan tidak melihat ke arah jalan yang mana motor kami sedang melaju kencang. Aku dan Linggarpun meminta maaf, karena bagaimanapun juga kami lebih muda dan sopannya untuk meminta maaf terlebih dahulu. Waktu dhuhur pun tiba, para laki-laki berhenti untuk menunaikan sholat jumat dan kami para kaum hawa mampir ke warung sembari menunggu mereka jum'at an. Perjalanan pun berlanjut kembali, dengan cuaca yang dingin, awan yang mendung dan mata yang mengantuk. Sekitar pukul 16.00 sampailah kami di basecamp pendakian gunung prau. Syookk sekali aku ketika melihat banyak sekali pendaki yang akan mendaki g.prau dan tak terhitung jumlahnya. Ini adalah pertama kalinya aku mendaki gunung prau dan tidak menyangka ternyata banyak sekali yang akan naik. Setelah makan dan siap-siap, sekitar pukul 17.00 kami mulai naik ke atas. Hujan yang lumayan deras membuat kami harus menggunakan mantel. Sepanjang perjalanan tanahnya sangatlah becek, sehingga kaki ini sulit untuk melangkah, sangat licin dan pasti sangat antri. Apesss sekali, senterku mati, sehingga aku harus meminta bantuan teman-teman untuk berbagi penerangan. Antrian yang cukup panjang membuatku semakin lelah, namun tetap bahagia karena bersama kawan-kawan BPI Jogja yag asik, baik dan peduli. Ditengah perjalanan menuju puncak, linggar muntah-muntah karena dia memang tidak kuat dingin, akhirnya tas diapun kubawakan dan tasku dibawakan mas adi ( salah satu senior BPI Jogja ). Pukul 22.00 sampailah kami di puncak dengan kaki yang sangat kotor, badan yang sudah kecut dan dingin yang menusuk ke tulang. Setelah tenda berdiri, kamipun istirahat. 

Pagi Gunung Prau
    Payah sekali aku dan linggar yang memang sangat keboo dalam hal tidur tidak bisa menikmati sunrise di gunung prau yang terkenal bagus karena kami telat bangun pagi. Akh malu sekali rasanya bangun dan keluar dari tenda sudah pagi hari sedangkan yang lain sudah beefoto kesana kemari dan ada juga yang memasak. hahahahaha ??!!. akupun tak kalah alay ikut berfoto kesana kemari mencari tempat yang pas untuk menjadi object foto kami. setelah makan pagi dan dilanjutkan dengan perkenalan serta sharing-sharing sedikit tentang sejarah terbentuknya backpacker jogja. Jadi awal terentuknya dahulu ada sebuah web Backpacker Indonesia yang mana di dalamnya termasuk mas moncos ( salah satu senior di BPI jogja ), lalu mrekapun membentuk regional sendiri-sendiri untuk tiap daerahnya. 

Merah Putih berkibarlah selalu..

Pemandangan dari atas puncak

     Tendapun di bongkar dan kami packing kembali barang-barang untuk turun dan pulang. Perjalanan turun kebawah kami lewat jalur yang berbeda karena memang jalan yang kita lewati ketika berangkat sepertinya belum bisa dilewati dengan trek yang sangat Mbeleyeek ( bhs jawa ) dan licin. Sampai di basecamp bawah, kamipun makan, bersih-bersih kaki dan sandal yang sudah tidak ada bentuknya. Miris sekali sandalku putus...hikss...besok harus beli lagi. Sekitar pukul 16.00 kamipun pulang menuju kota Jogja dan aku menjadi sopir untuk perjalanan pulang kali ini. Kami sempat terpisah dengan rombongan, karena jalanan cukup ramai dan aku yang kurang lihai dalam menyalip kendaraan. Alhamdulillah meski menerjang hujan, tersesat dan lelah tapi sampai di jogja dengan selamat, bahagia dan sentosa.

Konco ngedaaaan dan keren sekali mereka sudah berpetulang keliling indonesiaa...

 Selamat ulang tahun untuk BPI jogja semoga semakin solid, kompak, keren, berkualitas dan aku juga bisa ketularan bisa keliling Indonesia dan Dunia..amiiin !! eh iya semoga kopdar-kopdarnya semakin kece2, misal ngadain acara yang ngundang pejalan yg udah get lost keluar negeri jd bisa berbagi tips..Suksesss selalu....

Here we are ^_^


            THANKS so much for BACKPACKER INDONESIA REGIONAL JOGJA !!!



Seperti biasa segelas Kopi menjadi pilhanku untuk menemani malam yang panjang dan indah ini. Malam ini setelah berpusing-pusing ria bersama kawan2 para pengabdian dengan bergbagai hal yang harus dirapatkan dan masalah2 yang perlu segera diselesaikan, aku kembali dengan blog kesayangaku yang selalu ada dan tak pernah lelah untuk menjadi tempat curahan hati seorang petualang ulung ini. Kali ini saya akan menceritakan kisah Gowes saya menjelajahi Candi di Jogjakarta dengan 5 kawan bolang dari Travel Mizon..yang pasti seru, asik, lucu, dan gilaaaa.

CANDI


Candi adalah salah satu peninggalan bersejarah dari nenek moyang kita dahulu. Bangunan ini adalah salah satu tempat peribadahan orang-orang Hindu atapun Budha. Pada pinggiran batuan candi ada berbagai ukiran yang melambangkan ataupun menceritakan sebuah hal. Saya yang sering mengujungi candi-candi di jogja saja tidak paham dengan arti dari lukisan yang ada di pinggir batuan candi, krn memang ada symbol-simbol tertentu yang tersurat di dlm nya. Berbicara tentang candi, saya dan 5 teman saya berkunjung ke Candi Abang, Candi Plaosan, Goa Sentono dan  Candi Banyunibo. Candi2 tersebut berada di daerah Klaten, sehingga jika ingin menuju ke Candi2 tersebut kita akan melewati Candi Prambanan kearah jalan Solo. Untuk jalan menuju ke arah candi tersebut secara terperinci memnag agak rumit secara rincinya, sehingga ketika sudah di daerah Candi Prambanan lebih baik bertanya kepada org sekitar sana untuk menunjukkan jalan ke arah candi-candi tersebut. 


Goa Sentono


Candi abang, konon candinya terkuruk oleh gundukan tanah yang ada dibelakang kami


Candi Banyunibo


Candi Plaosan Kidul


Candi Plaosan Lor

Mengelilingi dari satu Candi menuju Candi yang lain dengan bersepeda dari Karangkajen cukup menguras tenaga. Kaki yang pegal, perut lapar dan rasa haus yang kerap menghampiri membuat aku dan teman2 kerap kali istirahat supaya tenaga kita tidak habis dijalan. Namun rasa lelah itu terbayar dengan canda tawa, keunikan candi dan kebersamaan. SALAM GOWESSS dari BIKEPACKING JOGJA by para gembelers dari TRAVEL MIZON..